Semakin lama kita mengalami work from home dan jauh dari rekan kerja, kita semakin merasa bahwa bertemu dengan seseorang sangatlah penting. Zoom tidak cukup untuk menjadi pengganti dari hubungan manusia untuk berbagi cerita, termasuk juga dengan pegawai dan tim. Kita semua butuh untuk bertemu tatap muka, bersosialisasi, brainstorming, dan berhubungan kembali. Dengan cara inilah kita mampu membangun komunitas, memperkuat hubungan, serta menyempurakan tujuan dan budaya kita bersama.
Berikut adalah 5 perubahan dalam lingkungan kerja yang akan ada setelah pandemi berakhir.
1. Muncul Pilihan untuk Bekerja Remote bagi Karyawan
Pandemi menghapuskan anggapan bahwa karyawan perlu secara fisik hadir di kantor untuk bekerja. New normal pasca pandemi tidak akan sepenuhnya remote atau tatap muka.
Banyak perusahaan berusaha untuk mempertahankan produktivitas ketika seluruh pekerja harus work from home sejak Maret 2020. Akan tetapi, ini menyebabkan perusahaan mulai terbiasa untuk mengerjakan sesuatu dengan jarak jauh, di lingkungan kerja yang nyaman bagi mereka. Menurut Aikrut, bahkan di karyawan yang berusia muda cenderung untuk lebih memilih pekerjaan remote. Perusahaan harus mulai mengadopsi strategi mobilitas yang berpikiran maju. Memiliki tempat kerja yang sesuai dengan kemauan karyawan akan meningkatkan kepuasan kerja yang lebih tinggi baik perusahaan maupun lingkungan kerja.
Kemungkinan besar sistem akan berupah menjadi hybrid, di mana orang-orang akan saling bertemu hanya pada kegiatan untuk membangun tim dan memperkuat hubungan.
Lima hal yang harus Anda perhatikan untuk menentukan karyawan dapat melakukan pekerjaan remote atau tidak, yaitu:
- Mampu atau tidaknya karyawan dalam melakukan pekerjaannya secara remote
- Karyawan terbiasa untuk melakukan kerja remote
- Kebutuhan ruang kerja
- Leadership
- Teknologi
Mempertimbangkan hal-hal ini akan membantu perusahaan Anda menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan keterlibatan karyawan, produktvitas, dan pemasukan.
2. Transformasi Digital dan Muncul Tren Berwirausaha
Lingkungan hybrid akan membawa tren inovasi yang berkembang, entrepreneur baru, dan percepatan teknologi. Ini dikarenakan bisnis di masa pandemi perlu ditingkatkan digitalnya, agar setara dengan, atau bahkan lebih, pesaing agar berhasil.
Pandemi juga memaksa perusahaan untuk menjadi problem solver yang dapat bertahan di bawah tekanan. Inovator dan entrepreneur berpikir out of the box dan mengutamakan solusi akan memiliki dampak yang bertahan lama, bahkan di waktu pasca-pandemi. Dalam jangka panjang, prinsip ini akan berdampak baik bagi perusahaan. Dengan menganut pota pikir bisnis, perusahaan dapat meningkatkan pendapatan, dorongan moral karyawan, dan pengetahuan untuk tumbuh dalam keadaan dan situasi baru.
3. Karyawan Mulai Mengikuti Training di Luar Spesialisasi
Pergantian karyawan adalah hal yang mahal. Menurut Gallup, biaya untuk mengganti seorang karyawan dapat berkisar dari setengah hingga dua kali gaji tahunan karyawan tersebut. Peningkatan keterampilan karyawan akan menjadi penting untuk meningkatkan keterlibatan dan retensi. Saat karyawan mengembangkan keahlian mereka, perusahaan akan memiliki tenaga kerja yang lebih lengkap dan terlatih, serta dapat meningkatkan efektivitas mereka secara keseluruhan.
Inisiatif ini adalah keuntungan yang signifikan di dunia yang semakin didorong oleh teknologi. Ini tidak hanya meningkatkan laba perusahaan tetapi juga meningkatkan retensi dan moral karyawan, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan juga menarik bakat baru. Reskilling membantu karyawan bersemangat untuk masa depan dan melihat jalur untuk kemajuan karir, serta karyawan yang bahagia akan menghasilkan klien yang bahagia. Demikian pula, klien ingin bekerja dengan tim yang berpengetahuan luas dan proaktif, dan akan menjadi pendukung brand yang lebih kuat ketika mereka diberi rekomendasi dan wawasan yang kuat.
4. Privasi Menjadi Hal yang Penting
Kecenderungan menuju lingkungan kerja yang lebih terbuka menyebabkan munculnya tempat duduk yang saling membaur atau acak untuk menyediakan ruang area kolaboratif antar tim, tetapi merugikan ruang untuk fokus atau penggunaan pribadi. Karyawan tidak mengharapkan perubahan yang drastis, namun alokasi ruang yang lebih baik. Tempat kerja yang terbuka dikaitkan dengan kinerja yang lebih tinggi dan pengalaman yang lebih besar. Namun, kebisingan, privasi, dan kemampuan untuk fokus tetap menjadi penentu utama efektivitas tempat kerja. Mencapai keseimbangan yang tepat antara ruang terbuka dan pribadi, serta ruang individu dan kelompok akan menjadi kunci di masa depan.
Selain itu, selama bekerja sebelum masa pandemi, karyawan sangat menyukai meja yang ditugaskan hanya untuk mereka dan tidak mau menukar meja yang ditugaskan, demi meningkatkan fleksibilitas mereka. Perusahaan perlu untuk mengembangkan program reservasi ruang yang inovatif untuk menyeimbangkan pemanfaatan ruang, jadwal karyawan dan tim, serta pertimbangan keselamatan.
5. Perusahaan Lebih Memperhatikan Kesejahteraan Karyawan
Sebelum pandemi, perusahaan cenderung untuk tidak begitu memperhatikan kesehatan karyawan secara berkala. Ketika karyawan di seluruh dunia memprioritaskan kembali pentingnya kesehatan dan kesejahteraan, pengusaha kini menghadapi tekanan yang meningkat untuk mensinergikan lingkungan dalam dan luar kantor, mendorong perilaku sehat, dan mendukung mental health karyawan. Di seluruh dunia, para karyawan telah berpengalaman bekerja dari rumah, dan banyak mendapati lingkungan rumah mereka menyediakan akses yang lebih baik ke luar ruangan serta penyesuaian dan kenyamanan lingkungan yang lebih baik. Perusahaan saat ini harus bekerja lebih keras untuk menetapkan bagaimana kantor dan kebijakan tempat kerja mereka dapat mendukung kesehatan dan kesejahteraan. Perusahaan dapat memberikan fasilitas berupa penyediaan vitamin dan obat-obatan penting bagi karyawan.